SAMPIT, Borneodaily.co.id – Dalam kurun waktu 8 bulan terakhir di masa pandemi covid-19 ini, orangtua dan anak tinggal serumah secara kuantitas tapi bukan kualitas. Mereka merasakan hubungan yang tidak ramah dan terasing satu sama lain. Belum lagi ditambah masalah keuangan rumah tangga dan biaya hidup.
Terkait hal itu 5 orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), masing-masing Farhan Syahriannur, Aulia Mirza Aziza, Nanda Jayanti Widya Sari, Ika Wahyuni dan Dhimas Prasetyo, Selasa (22/12/2020) melakukan kegiatan Psikoedukasi mengenai Parenting atau yang sering kita kenal dengan pola asuh pada anak bersama ibu-ibu Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Bagendang Hilir, Kecamatan Bagendang, Kabupaten Kotawaringin Timur.
Ketua Kelompok 27 Periode 13 PMM UMM, Aulia Mirza Aziza mengatakan, Psikoedukasi sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman atau keterampilan sebagai usaha pencegahan atau meluasnya gangguan psikologis di suatu kelompok, komunitas, dan masyarakat.
“Kegiatan psikoedukasi mengenai Parenting di kalangan ibu-ibu PKK sebenarnya sudah tidak asing, namun kegiatan yang kali ini dilaksanakan oleh mahasiswa PMM UMM adalah psikoedukasi parenting dalam setting pandemi Covid-19,” katanya.
Dijelaskan, dengan adanya pandemi Covid-19 banyak sekali aktivitas yang dilakukan di dalam rumah, sehingga keharmonisan dalam keluarga, termasuk hubungan anak dan orang tua haruslah terjaga.
Pandemi Covid-19 membuat anak harus berada di dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama. Pola asuh orang tua kepada anak sangatlah dibutuhkan dengan tepat, oleh karena itu PMM UMM kelompok 27 gelombang 13 berinisiatif untuk melakukan psikoedukasi melalui ibu-ibu PKK.
“Kegiatan yang terlaksana berjalan sangat baik dan lancar. Selain itu, kegiatan psikoedukasi dilengkapi dengan membagikan modul yang telah disusun dengan sedemikian rupa,” katanya.
Sementara itu Ketua PKK Desa Bagendang Hilir, Suryaningsih, mengharapkan dengan adanya PMM UMM di Desa Bagendang Hilir ini terkait ilmu parenting dapat membantu ibu-ibu PKK setempat.
“Karena ilmu psikologi ini kan ilmu yang erat kaitannya dengan manusia. Mereka memberikan ilmunya kepada kita, mungkin sekiranya ibu-ibu yang memiliki pertanyaan bisa langsung bertanya kepada anak-anak mumpung mereka masih di sini,” katanya. (hs)