PALANGKA RAYA, Borneodaily.co.id — Dinas Kesehatan Prov. Kalteng melalui Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi Laboratorium Mikroskopis, bertempat di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Rabu (8/6).
Kepala Dinas Kesehatan Prov. Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi ketiga setelah China. “Ada sedikit kemajuan dari tahun 2020, dimana Indonesia berada di urutan kedua setelah India. Berdasarkan Global TB Report Tahun 2021, diketahui insiden TBC sebanyak 824.000 kasus serta mortalitas TBC 34 per 100.000 penduduk per tahun. Dengan muncul tantangan baru bagi pengendalian TBC, yaitu pandemi covid-19, dimana penyakit TB merupakan salah satu komorbid yang berpengaruh memperburuk pandemi, dan merupakan salah satu faktor komorbid yang harus di-screening sehingga berpotensi memperlambat proses pemberian vaksinasi covid-19,” imbuhnya.
Lebih lanjut Suyuti menjabarkan, capaian indikator utama program TBC tingkat nasional tahun 2021, baik indikator penemuan dan pengobatan pada TB Sensitif Obat (SO) maupun TB Resisten Obat (RO), masih di bawah target nasional. Data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) tahun 2021 menunjukkan bahwa capaian cakupan penemuan kasus TB CDR (Case Detection Rate) sebesar 48% dari target 86 %, dengan angka keberhasilan pengobatan (treatment success rate) sebesar 84%.
Di Kalteng sendiri, pada tahun 2021 berhasil tercatat sebanyak 2.895 kasus (CDR 30%), meningkat dibandingkan tahun 2020 dimana berhasil tercatat hanya 2.546 kasus (CDR 27%), namun masih di bawah target nasional yaitu CDR 86%, dan di bawah rata-rata nasional yaitu CDR 48%. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan (success rate) Prov. Kalteng tahun 2021 (pasien pengobatan tahun 2020) sebesar 84 % atau masih di bawah target nasional yaitu 90% dan di bawah rata-rata nasional sebesar 86 %.
Sementara, sejak awal tahun hingga Mei 2022, CDR Kalteng masih bertahan di angka 10%, di mana seharusnya untuk terus berprogres secara linier, CDR pada semester 1 tahun 2022 harus > 20%, sehingga perlu ditingkatkan upaya terkait surveilans terutama pencatatan dan pelaporan yang real time. Pasien TB RO di Kalteng per 5 Juni 2022 ditemukan sebanyak 20 pasien, namun yang memasuki tahap pengobatan hanya 16 pasien.
“Hal itu karena fasilitas pengobatan TB RO di Kalimantan Tengah masih terkonsentrasi di Palangka Raya dan Pangkalan Bun, sementara fasilitas TCM sudah tersedia di seluruh kabupaten di Kalimantan Tengah. Pencapaian indikator utama program TB di tahun 2021 ini sudah menunjukkan peningkatan dibanding masa awal pandemi tahun 2020, dan harus lebih baik lagi di tahun 2022. Kita harus mempersiapkan strategi surveilans TB di tengah peralihan pandemi covid19 menjadi endemi yang lebih kondusif agar progress yang sudah kita buat dapat terus meningkat secara berkelanjutan,” ujarnya.
Salah satu komponen utama dalam mendukung capaian program TB adalah sarana pemeriksaan laboratorium. Hal ini berdasarkan Surat Edaran Dirjen P2P No. 936 tahun 2021 tentang Perubahan Alur dan Pengobatan Tuberkulosis TCM yang menjadikan sebagai alat diagnostik utama. Kalteng memiliki 20 alat TCM yang tersebar di seluruh RSUD kabupaten/kota sebanyak 14 buah dan di RSUD Doris Sylvanus sebanyak satu buah.
Namun saat ini terdapat lima alat tambahan TCM yang beroperasional di Puskesmas, yaitu di Kota Palangka Raya sebanyak satu alat TCM, Kabupaten Kapuas sebanyak satu alat TCM, Kotawaringin Barat sebanyak satu alat TCM, dan Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak dua alat TCM.
“Hal ini tentu saja merupakan suatu capaian yang baik dalam upaya pencapaian penemuan pasien TB, namun dalam lain sisi juga menjadi salah satu prioritas untuk meningkatkan utilisasi penggunaan TCM yang merata di semua lokasi Laboratorium TCM, karena di Kalimantan Tengah per 5 Juni 2022, utilisasi TCM masih di bawah 20 %, hanya di Kotawaringin Timur, Murung Raya dan Kota Palangka Raya yang mencapai utilisasi TCM > 29%. Uji mikroskopis pengecatan kuman Bakteri Tahan Asam (TBTA) juga masih digunakan sebagai dasar evaluasi pengobatan pasien TB,” tutupnya.
Turut hadir Plt. Kasi Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2TM) Yaesar Wawan, peserta dari Laboratorium Kesehatan Provinsi dan Pengelola Program Laboratorium dari Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Sukamara sebanyak 73 orang. (red)