PURUK CAHU, Borneodaily.co.id – Setahun lebih kita sudah menghadapi pandemi Covid-19, selama itu juga sistem pembelajaran yang dilaksanakan di Indonesia berubah.
Ada yang menggunakan belajar sistem Dalam Jaringan (Daring) dan Belajar di luar jaringan (Luring). Tentu dengan sistem pembelajaran yang seperti ini kualitas pendidikan pun tidak sebagus Belajar Tatap Muka. Ini yang juga banyak dikeluhkan oleh orang tua peserta didik karena tidak semua orang tua bisa mengajarkan anak-anaknya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Murung Raya Ferdinand Wijaya, S.Pt, M.AP mengatakan, berdasarkan hasil rapat melalui Zoom Meeting dengan empat kementerian yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agama.
“Ada Keputusan Bersama dari keempat menteri tersebut supaya seluruh Indonesia dapat bertatap muka dengan syarat semua guru harus sudah divaksin, ” kata Ferdinand pada awak media saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Dijelaskan, berdasarkan hasil riset WHO bahwa usia di atas 30 tahun rentan terkena penyakit ini. Anak-Anak yang berusia di bawah 30 tahun lebih kuat terhadap penyakit ini, namun nantinya juga akan divaksin. Karena sekarang dipilih yang rentan karena sekarang keterbatasan vaksin.
Ferdinand menambahkan, untuk sekarang data guru kita dari PAUD sampai dengan SMA termasuk dengan tenaga pendidik dan kependidikan mencapai 3.275 orang yang akan divaksin. Diharapkan bulan Mei ini sudah divaksin semuanya. Sehingga belajar tatap muka akan mulai dilaksanakan setelah liburan tahun ajaran baru yaitu pada tanggal 19 Juli 2021.
“Untuk belajar tatap muka ini dibutuhkan izin dari orang tua murid. Sistem belajar akan kami buat SOP-nya dalam ruangan akan dibatasi yang hanya berjumlah 18 orang sesuai nomor urutannya. Sisanya akan hadir pada esok harinya. Ini untuk sekolah yang memiliki banyak siswa,” kata Ferdinand.
Sementara untuk sekolah yang siswanya sedikit tidak lebih dari 18 orang bisa saja setiap hari dengan jarak antar siswa 1,5 meter dan seminggu hanya 6-10 jam perminggunya dengan tetap menerapkan Protokol Kesehatan.
“Belajar tatap muka ini akan dievalusi kembali setelah 2 bulan berjalan. Kalau ditemukan ada guru atau peserta didik yang positif maka pembelajaran tatap muka ini akan dihentikan lagi,” tutup Ferdinand. (Mir)