PALANGKA RAYA. Borneodaily.co.id — Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yuas Elko memimpin rapat evaluasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terhadap hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait inflasi Kalteng bulan Oktober 2022, bertempat di Ruang Rapat Bajakah Kantor Gubernur Kalteng, Rabu (2/11).
Pada kesempatan tersebut perwakilan BPS Kalteng menyampaikan strategi dalam pengendalian inflasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menjaga ketersediaan stok dan keterjangkauan harga pangan terutama beras; menjaga keamanan stok dan keterjangkauan harga holtikultura yang cenderung naik menjelang akhir tahun akibat bencana alam; antisipasi kenaikan harga tiket pesawat menuju akhir tahun; dan memastikan harga bahan bakar rumah tangga (gas elpiji) tetap sesuai aturan.
Sebagai informasi, pada Oktober tahun 2022 ini Provinsi Kalteng mengalami penurunan inflasi dari 8,12% (yoy) periode September dan berada di urutan empat setelah Provinsi Sumatera Barat, NTT, dan Kalimantan Selatan, dengan nilai inflasi sebesar 7,10% (yoy).
Sementara itu Deputi Kepala Perwakilan BI Prov. Kalteng Magfur mengatakan dalam paparannya bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) Kalteng Oktober 2022 tercatat deflasi sebesar 0,04% (mtm) dengan sumbangan Volatile Food (VF) -0,06%, Core Inflation (CI) 0,07% dan Administered Price (AP) -0,06%. “Serangan hama tungro menyebabkan terjadinya kegagalan pada beberapa sentra produksi padi sehingga mendorong inflasi pada komoditas beras sebesar 0,02%, sementara banjir di daerah Barito Utara, Lamandau, Pulang Pisau, dan Kapuas mengakibatkan hambatan distribusi kacang panjang. Daging ayam meningkat akibat harga pakan yang meningkat,” jelasnya.
Magfur menambahkan, memasuki akhir bulan Oktober, beberapa komoditas yang sempat stabil mengalami sedikit peningkatan, seperti bawang merah, beras, dan telur ayam. “Hal ini diakibatkan oleh bencana banjir di beberapa kabupaten di Kalteng yang menghambat jalur distribusi serta menggenangkan beberapa area lahan persawahan. Disamping itu, beberapa komoditas ikan juga masih mengalami peningkatan akibat kondisi cuaca,” ungkapnya.
Lebih lanjut Magfur menyatakan bahwa cabai rawit, cabai merah dan bawang putih terus menurun seiring dengan peningkatan stok dan masa panen di Jawa. Daging sapi dan daging ayam juga turut stabil dikarenakan upaya operasi pasar murah dan pasar penyeimbang. “Berdasarkan data inflasi Kalimantan Tengah dari bulan Januari hingga Oktober, Bahan Bakar Rumah Tangga merupakan komoditas yang paling sering menjadi 10 besar penyumbang inflasi, dengan andil inflasi yang cukup besar yakni 0,07%. Hal ini juga disusul dengan komoditas beras yang memiliki komoditas dengan rata-rata andil terbesar, dan cukup sering menjadi penyumbang inflasi terbesar, yaitu sebanyak 7x dari 10 bulan terakhir,” imbuhnya.
Untuk itu, sambung Magfur, perlu adanya fokus quick wins pengendalian inflasi jangka pendek yang dilakukan oleh TPID Kalteng yaitu dengan menyelenggarakan operasi pasar dan pasar penyeimbang agar menjaga harga-harga komoditas yang sudah turun tidak naik lagi.
“Sedangkan untuk jangka panjangnya, perlu didorong pergerakan struktural ke arah pasokan. Hal ini dapat diwujudkan melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) bersama daerah sentra penghasil komoditas pangan untuk menjamin ketersediaan pasokan. Selain itu juga dapat didorong pendirian sentra-sentra komoditas yang persisten menyumbang inflasi khususnya pada kelompok Volatile Food (pangan bergejolak),” pungkasnya.
Turut hadir Pimpinan Perum Bulog Kanwil Kalteng Amrullah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Prov. Kalteng Riza Rahmadi, Kepala Biro Perekonomian Said Salim, TPID Kota Palangka Raya, serta sales area manager Kalselteng PT. Pertamina Patra Niaga. (red)