SAMPIT, borneodaily.co.id – Pengerjaan penimbunan badan jalan Mupakat l, kawasan lahan pertanian di Desa Kuin Permai, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dikeluhkan warga masyarakat petani. Pasalnya, jalan menuju kawasan pertanian sering dilewati warga petani yang sedang musim tanam padi. Tidak selesai pengurugkan karena keterlambatan pihak suplaiyer mensuplai bahan, sehingga menuai perbincangan dimasyarakat desa tersebut.
Inpormasi yang dihimpun media ini, pelaksanaan proyek pengurugkan tahap pertama dari dana desa tahun 2020 sebesar Rp 253.750.000. Namun yang terealisasi hanya separo dari biaya tersebut.
Sehingga membuat warga masyarakat mempertanyakan proyek desa tersebut.” Penimbunan badan jalan pertanian lumayan panjang, yang ditimbun masih belum selesai. Depan lahan pertanian saya juga tidak bertimbun. Malah badan jalannya tambah jadi sangat rusak ,” timpal Ata, warga petani mengeluhkan keterlambatan itu.
Sementara, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Roni, ketika dihubungi dikediamannya, membenarkan, kalau kegiatan pengerjaan proyek pengurukan badan jalan pertanian di Mupakat 1 belum selesai penimbunannya karena berbagai faktor.” Anggaran yang terealisasi ke badan jalan pertanian sekitar separo digunakan,” ungkap Roni menyebutkan.
Lanjut Roni menjelaskan, pengerjaan penimbunan badan pertanian itu semestinya selesai sekitar bulan Nopember dan selambatnya Desember 2020. Banyak jeda waktu yang tidak dimanfaatkan dengan baik.” Kita jua sudah mengingatkan kala musim panas untuk segera dikerjakan, malah tak didengar,” kata Roni sedikit kecewa.
Terpisah, Kepala Desa, Kuin Permai, Repandi Apriadi, ketika dikonfirmasi dikantornya, Rabu (20/1) didampingi Kaur Pembangunan Hairin Zain menjelaskan, pelaksanaan kegiatan mulai April 2020 lalu.
Pelaksanaan proyek yang tertera dari baleho kegiatan penimbunan jalan Mufakat 1 melalui APBDes 2020, volume panjang 1.500 meter dan lebar 3 meter dengan dana sebesar Rp 304.275.000. Karena munculnya virus Corona terjadi pemangkasan anggaran untuk warga masyarakat desa yang terdampak senilai Rp 50.525.000, ” Untuk anggaran pembangunan timbunan berkurang menjadi Rp 253.750.000. Kita sepakat pengurangan lebar jalan menjadi 2,5 meter sedang panjang timbunan tetap 1.500 meter,” ucap Zain menjelaskan.
Lanjut Zain, tanah urug yang sudah masuk ke lokasi penimbunan ada seratus dum truk lebih. Tanah yang diambil dari daerah Sampit. Bahan tanah urug itu, kita taruh dipinggir jalan Provinsi untuk diangkut lagi menggunakan mobil pikap menuju kelokasi.” Sudah tercatat ada 122 dum truk yang sudah masuk lokasi penimbunan. Sebagian masih ada di pinggir jalan besar yang belum terangkut kelokasi karena jalan menuju kesana rusak,” kata Zain menjelaskan.
Saat ditanya berapa kekurangannya, Zain mengatakan, belum bisa menerangkan, karena melihat kondisi di lapangan, karena yang ditimbun permukaan badan jalan tidak rata atau berlobang sehingga sulit mengukur kurangnya berapa, tepisnya.
Ditambahkan, Kades, pelaksanaan kegiatan penimbunan terganggu lantaran cuaca yang sering hujan, jadi aktivitas pengerjaan angkutan pikap terganggu karena akses jalan desa menuju lokasi rusak.” Pembelian tanah urug sampai desa per dam truk Rp 600 ribu, ditambah ongkos lansir pikap ke lokasi Rp 400 ribu. Jumlah harga per dum truk sampai lokasi Rp 1 juta,” kata Repandi Apriadi.
Untuk diketahui, perhitungan anggaran yang sudah terealisasi ke lokasi timbunan berjumlah 122 rid atau 122 dum truk dikali biaya angkut Rp 1 juta. Jadi jumlah anggaran yang digunakan Rp 122.000.000. Sehingga anggaran yang masih tersisa dan berjalan sebesar Rp128 juta. (Tim).